Kebanyakan
tsunami pada catatan telah dipicu oleh gempa bumi. Tapi kali ini letusan gunung Anak Krakatau yang menyebabkan kawah sebagian runtuh ke laut tinggi pasang, mengirimkan gelombang hingga 5 meter (16 kaki) tinggi menabrak padat penduduknya daerah pesisir pulau Jawa dan Sumatra.
Selama letusan, diperkirakan 180 juta meter kubik, atau sekitar dua-pertiga dari pulau vulkanik kurang-dari-100-year-old, runtuh ke laut.
Tetapi letusan tidak mainan monitor seismik secara signifikan, dan tidak adanya sinyal seismik yang biasanya terkait dengan tsunami yang dipimpin Indonesia Geofisika (BMKG) pada awalnya untuk menciak sana adalah ada tsunami.
Muhamad Sayangnya, kepala geofisika di BMKG, kemudian mengatakan kepada Reuters monitor pasang surut tidak diatur untuk memicu tsunami peringatan dari peristiwa bebas-seismik.
Kepala internasional Research Institute of bencana Jepang, Fumihiko Imamura, mengatakan kepada Reuters dia tidak percaya sistem peringatan saat ini Jepang akan terdeteksi tsunami seperti di Selat Sunda.
