Author Topic: DESIGN GRAFIS INDONESIA DAN SENIMAN GRAFIS  (Read 631 times)

koast

  • Jr. Member
  • **
  • Posts: 51
  • Nilai Diskusi: +2/-0
    • View Profile
DESIGN GRAFIS INDONESIA DAN SENIMAN GRAFIS
« on: February 02, 2017, 02:38:35 PM »

 

DGI (Desain Grafis Indonesia) adalah sebuah lembaga kolaborasi yang berfokus pada pengembangan desain grafis di Indonesia melalui pencatatan sejarah, pengarsipan artefak, penerbitan, diskursus, penghargaan, dan beragam kegiatan lainnya. Bermula dari kegemaran mengoleksi dan mencatat, kini DGI berperan sebagai pusat data, kajian, dan media informasi desain grafis di Indonesia.
DGI didirikan pada 13 Maret 2007 oleh salah seorang desainer grafis senior Indonesia, Hanny Kardinata. DGI memiliki semangat untuk memupuk pemahaman dan saling pengertian di antara desainer grafis Indonesia dalam persinggungannya dengan seni, desain, kebudayaan, dan masyarakat. Konsep pemahaman tersebut diharapkan terwujud melalui publikasi informasi, arsip, kajian, dan diskusi pada situs dgi.or.id agar generasi muda desainer grafis Indonesia memiliki rujukan akan perjalanan dan sejarah.
Sejalan dengan semangat yang diusung, Desain Grafis Indonesia bercita-cita mendirikan Museum Desain Grafis Indonesia (MDGI) yang akan mendukung pembelajaran dan pengembangan ilmu desain grafis dengan menyimpan dan merawat karya-karya desain grafis di Indonesia secara komprehensif.
Jason Aiken, Community Director 99designs, mengungkapkan bahwa sudah 4.000 dari 17.000 orang Indonesia yang terdaftar sudah pernah memenangkan berbagai kontes yang diselenggarakan. Sejak didirikan tahun 2008, 99designs telah membayarkan lebih dari USD 10 juta kepada desainer dari Indonesia dan Filipina. Dari segi jumlah, Indonesia sudah mengalahkan dominasi Filipina di bidang ini. Secara keseluruhan sudah tercatat 225.000 desainer dari 192 negara yang menjadi anggota di 99designs.
Fakta di atas menegaskan bahwa sebenarnya banyak sekali desainer grafis berbakat di Indonesia dan data di atas juga membuktikan bahwa profesi sebagai desainer grafis cukup menjanjikan. Para profesional di bidang tersebut bukan hanya secara kuantitas menunjukkan dominasinya, tapi juga secara kualitas. Banyak desainer profesional dari Indonesia yang bekerja di beberapa perusahaan desain internasional hingga menjadi animator film-film box office. Mari kita melihat 2 desainer grafis asal Indonesia yang telah menancapkan karyanya di kancah dunia.
 

1. Christiawan “Chris” Lie
Kalau kamu ingat dengan mainan action figure GI Joe dari perusahaan mainan internasional Hasbro. Siapa sangka bahwa beberapa karakter dan desain kemasan dari action figure terkenal ini merupakan buah dari kreativitas orang Indonesia bernama Christiawan Lie atau Chris Lie bersama Caravan Studio. Studio yang didirikannya memang sudah tidak asing lagi di dunia desain mainan, komik, ilustrasi, dan concept art. Hasbro hanya satu dari sederetan nama-nama beken yang menjadi klien Caravan Studio seperti Sony Online Entertainment, Mattel, Wizard of The Coast, Fantasy Flight Games, Capcom, Marvel Studio, Alderac Entertainment, 2K Games, Vicarious Visions, LEGO, Firaxis, Tokyopop, dan masih banyak lagi.
2. Bayu “Bayo Gale” Santoso
Bayu Santoso atau dikenal dengan “Bayo Gale” merupakan sosok yang tidak bisa dipandang sembarangan di dunia seni grafis. Dirinya memenangkan kontes bergengsi desain album “V” milik band internasional Maroon 5. Terlebih, kemenangannya didapat ketika ia berumur 19 tahun dan masih menempuh studi di Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta. Desain album “V” tersebut dengan cerdik menggunakan tampak depan harimau dengan motif “V” yang jelas di wajahnya. Konsepnya juga menggabungkan unsur barat dan ornamen nusantara (motif ukiran hayati tradisional).

CONTOH SINGKAT PERKEMBANGAN ILMU DESAIN GRAFIS DI INDONESIA
ADGI (Asosiasi Desine Grafis Indonesia)
Ilmu desain grafis masuk ke Indonesia melalui disiplin seni reklame, dikarenakan pada awalnya aplikasi desain grafis banyak dipergunakan dalam bidang periklanan. Dengan berkembangnya kebutuhan komunikasi visual yang tidak hanya terbatas pada aplikasi periklanan akhirnya ITB dan ASRI (sekarang ISI Jogja) berinisiatif untuk memisahkannya dalam satu ilmu mandiri, Desain Grafis (saat ini berkembang dengan nama Desain Komunikasi Visual).

referensi: http://www.tdc-indonesia.com/